Kandungan Makna Dalam Wahyu Pertama
Gua Hira adalah tempat Nabi Muhammad SAW menerima wahyu dari Allah yang
pertama kalinya melalui malaikat Jibril. Gua tersebut sebagai tempat
Nabi Muhammad menyendiri dari masyarakat yang pada saat itu masih belum
beriman kepada Allah.
Gua Hira terletak di negara Arab Saudi. Letaknya pada tebing menanjak yang agak curam walau tidak terlalu tinggi, oleh karena itu untuk menuju gua itu setiap orang harus memiliki fisik yang kua
Mendekati usia empat puluh tahun, mulailah tumbuh pada diri Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam kecendrungan untuk melakukan ‘uzlah. Allah menumbuhkan pada dirinya rasa senang untuk melakukan ikhtila’ (menyendiri) di Gua Hira’ (Hira’ adalah nama sebuah gunung yang terletak di sebelah barat laut kota Mekkah). Ia menyendiri dan beribadah di gua tersebut selama beberapa malam. Kadang sampai sepuluh malam, dan kadang lebih dari itu, sampai satu bulant.
Imam Bukhari meriwayatkan dari Aisyah ra, menceritakan cara permulaan wahyu, ia berkata : “Wahyu yang diterima oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dimulai dengan suatu mimpi yang benar. Dalam mimpi itu beliau melihat cahaya terang laksana fajar menyingsing di pagi hari. Kemudian beliau digemarkan (oleh Allah) untuk melakukan khalwat (‘uzlah). Beliau melakukan khalwat di gua Hira’ – melakukan ibadah – selama beberapa malam, kemudian pulang kepada keluarganya (Khadijah) untuk mengambil bekal.
Waraqah bin Naufal, salah seorang anak paman Siti Khadijah. Di masa jahiliyah ia memeluk agama Nasrani. Ia dapat menulis dalam huruf Ibrani, bahkan pernah menulis bagian-bagian dari Injil dalam bahasa Ibrani. Ia seorang yang telah lanjut usia dan kehilangan penglihatan. Kepadanya Khadijah berkata :
“Wahai anak pamanku, dengarkanlah apa yang akan dikatakan oleh anak lelaki saudaramu (yakni Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam).” Waraqah bertanya kepada Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Hai anak saudaraku, ada apakah gerangan?” Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam kemudian menceritakan apa yang dilihat dan dialami di gua Hira’. Setelah mendengarkan keterangan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, Waraqah berkata , “Itu adalah Malaikat yang pernah diutus Allah kepada Musa. Alangkah bahagianya seandainya aku masih muda perkasa! Alangkah gembiranya seandainya aku masih hidup tatkala kamu diusir oleh kaummu! Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bertanya, “Apakah mereka akan mengusir aku?” Waraqah menjawab , “Ya.” Tak seorang pun yang datang membawa seperti yang kamu bawa kecuali akan diperangi. Seandainya aku masih hidup dan mengalami hari yang akan kamu hadapi itu, pasti kubantu kamu sekuat tenagaku.” Tidak lama kemudian Waraqah meninggal dunia.
اقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِي خَلَقَ. Ada pelajaran untuk di jadikan tambahan wawasan untuk diri kita.
اقْرَأ Niku: Dimensi intelektual / pikir
بِاسْمِ رَبِّكَ Niku: Dimensi robbaniyah / dzikir.
Niki karo-karone kedah melampah.
IQRO'{pikir}thok tanpo بِاسْمِ رَبِّكَ dzikir,Bahaya lan Bencana.
DZIKIR thok tanpo pikir yo tambah benjot mas....
Ilmu niku merupakan paling penting mergo merupakan sarana manugso saget sambung dateng gusti allah. Dari ilmu turun kepada rasa,muwassolah{hubungan kale allah.}Hubungan kale allah niku mengandung rasa bukan rasio.
Dholor-Dholor kan ngertos bahwa komunikasi niku wonten 2.
1.Komunikasi rasional {Telfon-telfonan,qulo ngomong sampean nyaut lan paham,iku jenenge komunikasi rasional.
2.Komunikasi inrasional{niku mboten usah ngomong tapi di pahami.maen perasaan}
Contohne koyok: Ibu pas masak,bapak kok nggelibet ae karo dolat dolet ae,iku ora usah ngomong tapi wes komunikasi.
Nek ibu gak ngerti yo tambah moreng -moreng,"Ga'eroh wong repot ta,dholat dholet"
Tapi nek ibu seng ngerti YOH langsung di tinggal masa'e.langsung tanggane seng lanang di cekel,di geret nang kamar truuuz...truuz.....{melakukan aktivitas layaknya hubungan suami istri}
Gua Hira terletak di negara Arab Saudi. Letaknya pada tebing menanjak yang agak curam walau tidak terlalu tinggi, oleh karena itu untuk menuju gua itu setiap orang harus memiliki fisik yang kua
Mendekati usia empat puluh tahun, mulailah tumbuh pada diri Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam kecendrungan untuk melakukan ‘uzlah. Allah menumbuhkan pada dirinya rasa senang untuk melakukan ikhtila’ (menyendiri) di Gua Hira’ (Hira’ adalah nama sebuah gunung yang terletak di sebelah barat laut kota Mekkah). Ia menyendiri dan beribadah di gua tersebut selama beberapa malam. Kadang sampai sepuluh malam, dan kadang lebih dari itu, sampai satu bulant.
Imam Bukhari meriwayatkan dari Aisyah ra, menceritakan cara permulaan wahyu, ia berkata : “Wahyu yang diterima oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dimulai dengan suatu mimpi yang benar. Dalam mimpi itu beliau melihat cahaya terang laksana fajar menyingsing di pagi hari. Kemudian beliau digemarkan (oleh Allah) untuk melakukan khalwat (‘uzlah). Beliau melakukan khalwat di gua Hira’ – melakukan ibadah – selama beberapa malam, kemudian pulang kepada keluarganya (Khadijah) untuk mengambil bekal.
Waraqah bin Naufal, salah seorang anak paman Siti Khadijah. Di masa jahiliyah ia memeluk agama Nasrani. Ia dapat menulis dalam huruf Ibrani, bahkan pernah menulis bagian-bagian dari Injil dalam bahasa Ibrani. Ia seorang yang telah lanjut usia dan kehilangan penglihatan. Kepadanya Khadijah berkata :
“Wahai anak pamanku, dengarkanlah apa yang akan dikatakan oleh anak lelaki saudaramu (yakni Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam).” Waraqah bertanya kepada Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Hai anak saudaraku, ada apakah gerangan?” Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam kemudian menceritakan apa yang dilihat dan dialami di gua Hira’. Setelah mendengarkan keterangan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, Waraqah berkata , “Itu adalah Malaikat yang pernah diutus Allah kepada Musa. Alangkah bahagianya seandainya aku masih muda perkasa! Alangkah gembiranya seandainya aku masih hidup tatkala kamu diusir oleh kaummu! Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bertanya, “Apakah mereka akan mengusir aku?” Waraqah menjawab , “Ya.” Tak seorang pun yang datang membawa seperti yang kamu bawa kecuali akan diperangi. Seandainya aku masih hidup dan mengalami hari yang akan kamu hadapi itu, pasti kubantu kamu sekuat tenagaku.” Tidak lama kemudian Waraqah meninggal dunia.
اقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِي خَلَقَ. Ada pelajaran untuk di jadikan tambahan wawasan untuk diri kita.
اقْرَأ Niku: Dimensi intelektual / pikir
بِاسْمِ رَبِّكَ Niku: Dimensi robbaniyah / dzikir.
Niki karo-karone kedah melampah.
IQRO'{pikir}thok tanpo بِاسْمِ رَبِّكَ dzikir,Bahaya lan Bencana.
DZIKIR thok tanpo pikir yo tambah benjot mas....
Ilmu niku merupakan paling penting mergo merupakan sarana manugso saget sambung dateng gusti allah. Dari ilmu turun kepada rasa,muwassolah{hubungan kale allah.}Hubungan kale allah niku mengandung rasa bukan rasio.
Dholor-Dholor kan ngertos bahwa komunikasi niku wonten 2.
1.Komunikasi rasional {Telfon-telfonan,qulo ngomong sampean nyaut lan paham,iku jenenge komunikasi rasional.
2.Komunikasi inrasional{niku mboten usah ngomong tapi di pahami.maen perasaan}
Contohne koyok: Ibu pas masak,bapak kok nggelibet ae karo dolat dolet ae,iku ora usah ngomong tapi wes komunikasi.
Nek ibu gak ngerti yo tambah moreng -moreng,"Ga'eroh wong repot ta,dholat dholet"
Tapi nek ibu seng ngerti YOH langsung di tinggal masa'e.langsung tanggane seng lanang di cekel,di geret nang kamar truuuz...truuz.....{melakukan aktivitas layaknya hubungan suami istri}