HISTORI

  Almarhum KH.MUFID SYAFI'I telah pulang kerahmatullah hari senin 16 Desember.2002/11 Syawal 1423H.
Beliau pendiri pondok kita as syafi'iyah.
AS SYAFI'IYAH BENGKEL SERVIS MORAL
BERI SAYA 10 ANAK YANG GAGAL, AKAN SAYA KEMBALIKAN 100 ANAK YANG SUKSES
AREP NANGKANE GK GELEM PULUTE
GELEM MANA'E GK GELEM NGERAMUTE
PERGURUAN TINGGI PENDERITAAN HIDUP
SANTRIKU KUDU SIAP PAKAI DADIO LAKON OJOK DADI PENONTON
 Ide Kreatif KH. Mufid Syafi’i yang pernah dan sempat dianggap gila adalah mengajak masyarakat sekitar yang berjama’ah di musholla untuk menggunakan mukena sejak keluar dari rumah dan kembali ke dalam rumah. Sedangkan pengorbanan yang beliau dan keluarga lakukan untuk ide tersebut adalah membagikan mukena putih gratis kepada mereka yang berjama’ah tanpa syarat dan tanpa tekanan. Bahkan Abah Kyai memaksa Ibu Nyai untuk menjahit kain yang beliau beli untuk dijadikan mukena dan akan dibagikan gratis tersebut secepatnya. Hal ini dikarenakan mungkin karena belum menjamurnya toko busana muslim seperti sekarang ini.
Berkat ketekunan beliau dan pengorbanan yang beliau dan keluarga lakukan, pada akhirnya hal tersebut pada akhirnya bisa diterima oleh masyarakat dan dinggap sebuah ide yang brilian dari seorang yang awalnya dianggap aneh dan gila karena mencetuskan ide tersebut meski butuh waktu yang lama dan perjuangan yang istiqomah dan panjang tanpa melupakan Kuasa Alloh atasnya. Bahkan ide tersebut masih bisa kita lihat bahkan sampai saat ini.
Kebiasaan Romo Aba Yai Lenggah Romo Aba Yai
* Panggenan lenggahnipun romo aba yai yang sering terlihat
- Di depan pintu musholla sebelah selatan dekat dengan tiang musholla.
-Di depan pintu Ndalem utama (model lama) di antara pintu dan jendela.
- Di dalam makam jarak 3 Meter dari gapura makam
- Di kursi depan kamar mandi Ndalem utama menghadap ke arah utara.
* Rencang-nipun romo aba yai.
- Secangkir minuman
- Kitab dan Buku Bacaan, Agenda + Pena
- Sajadah/Sorban dan tasbih (selain di dalam Ndalem)
- Asbak, Beberapa bungkus rokok Surya 12.
* Rasu'anipun Romo Aba Yai.
Salah satu favorit rasu'anipun romo aba yai
- Stelan pakaian pertama adalah jika Aba yai menggunakanan kaos berkerah motif garis menyamping yangada saku di depannya yang dimasukkan baik menggunakan celana (ketika bepergian) maupun menggunakansarung dengan motif kotak-kotak (ketika berada di lingkungan pondok atau bepergian namun tidak terlalu lama dan jauh) dengan dikombinasikan dengan jaz.
- Sedangkan kombinasi dari setelan ini adalah songkok hitam, surban merah, sepatu sandal/sepatu, menggunakan gesper/sabuk (baik ketika menggunakan jelana panjang maupun ketika menggunakan sarung).
- Stelan pakaian kedua yang menjadi kesukaan dari Aba yai adalah dengan menggunakan kombinasi pakaian jubah panjang putih, songkok putih, surban hijau, sarung motif kotak + gesper/sabuk, bakiak (sandal kayu)

Wakdal kegiatan Aba Yai dalam masa rentan waktu antara 1997 sampai tahun 2000 sebgai berikut:
Subuh – 06.00 WIB
  Romo Aba Yai ikut berjamaah, memimpin Istighosah, Mengaji Tafsir Nawawi dan Ta’limul Muta’alim (Sebelum tahun 1999 diisi oleh adik beliau, yaitu KH. Murtasyim Syafi’i)
06.00 – 07.00 WIB
Romo Abah Yai tidak terlihat karena berada di dalam rumah Ndalem.
07.00 – 07.30 WIB
Romo Aba Yai di depan sambil memperhatikan santri santri yang bersiap sekolah.
07.30 – 08.00 WIB
Romo Abah Yai memberi wejangan saat apel pagi.
08.00 – 11.00 WIB
Romo Abah Yai berangkat ke Surabaya untuk berdakwah
11.00 – 12.00 WIB
Romo Abah Yai menunggu santri di depan Musholla untuk berjamaah bersama.
12.00 – 13.00 WIB
Setelah berjamaah terkadang diisi oleh Abah Yai dengan Istighosah, atau terkadang membaca Majmu’, dan terkadang diisi dengan mengaji.
14.30 – 15.00 WIB
Romo Abah Yai duduk di depan Musholla atau di pintu musholla sambil menunggu santri semua kumpul untuk berjamaah sholat Ashar.
15.00 – 16.00 WIB
Setelah berjamaah biasanya Abah Kyai mengajak santri beristihosah atau terkadang memberi nasehat kepada semua santri.
16.00 – 17.00 WIB
Jika hari jum’at, Romo Aba Yai terlihat duduk di samping pusara orang tua atau terkadang duduk di mana beliau di makamkan sekarang karena di depannya semua santri.
17.00 – 18.00 WIB
  Romo Aba Yai biasa bersantai di depan atau di dalam rumah (Ndalem) sambil menunggu didirikannya jamaah sholat maghrib.
18.00 – 19.00 WIB
Romo Aba Yai duduk di depan rumah sambil membaca dan mengawasi santri yang sedang mengaji
19.00 – 21.00 WIB
Romo Aba Yai menghadiri undangan atau bersantai di dalam atau di depan rumah
21.00 – Subuh
Romo AbaYai duduk di depan Ndalem sambil membaca Al Qur’an, buku.

KEHIDUPAN KESEDERHANAAN
Sekitar di awal hitungan tahun 90-an atau di akhir tahun 80-an, Al Maghfurlah KH. Mufid Syafi’i berangkat haji ke Baitulloh untuk pertama kali memenuhi panggilan dari Alloh SWT. Seperti pada umumnya tradisi di masyarakat kita, tentang kemeriahan, keharuan, isak tangis, do’a, senandung kalam ilahi mewarnai hari-hari menjelang dan saat keberangkatan beliau KH. Mufid Syafi’i.
Satu hal yang menjadi perhatian saat itu oleh sebagian besar masyarakat sekitar dan beberapa santri beliau adalah mobil yang akan digunakan khusus untuk mengantar beliau ke asrama haji. Mobil itu bukan sembarang mobil, melainkan sebuah mobil yang tergolong mewah dan berkelas saat itu dan bahkan orang kaya di kampung-pun belum ada yang memilikinya karena mobil itu adalah mobil mercy. Akan tetapi beliau KH. Mufid Syafi’i diberangkatkan dengan menggunakan mobil tersebut oleh sahabat seperjuangan beliau dari Surabaya, bahkan para sahabat tidak cuma membawa sebuah mobil mewah namun ada beberapa yang khusus di bawa demi untuk menghormati keberangkatan beliau Almaghfurlah KH. Mufid Syafi’i ke tanah suci.
Bahkan menurut sumber terdekat beliau, tidak sedikit yang menawarkan sebuah mobil kepada beliau Almaghfulah KH. Mufid Syafi’i namun itu semua tidak beliau terima karena kesederhanaan hidup beliau yang penuh dengan riyadhoh demi memperjuangkan ilmu dan kesuksesan santri yang diamanatkan kepada beliau.
Sudah jama’ diketahui oleh semua santri (sampai angkatan 2001), bahwa beliau sering dawuh atau ngendiko kepada santri di setiap kesempatan yang ada tatkala mengaji, bahwa sebenarnya beliau sendiri mampu untuk membeli sebuah mobil atau ditawari oleh jama’ah beliau namun hal itu tidak beliau lakukan dengan alasan simpel “Tuku Mobil opo arep dipangan cacing!”. Hal inilah yang sampai sekarang belum diketahui rahasia di balik apa yang beliau ucapkan tersebut.
Sedangkan ketika beliau bepergian ke Surabaya dan agak lama, maka beliau lebih memilih menggunakan angkutan umum saja dengan diantarkan santri ke Tanggulangin dengan menggunakan sepeda motor suzuki milik Gus Udin atau Gus Ali, atau pinjam ke tetangga sebentar. Namun ketika kembali dari Surabaya beliau lebih sering menggunakan taksi (bahkan akhirnya sopir taksi yang menjadi langganan menitipkan putrinya untuk mondok di Asy-Syafi’iyah). Hal ini mungkin dikarenakan beliau bisa langsung turun di halaman pesantren sehingga tidak merepotkan santri untuk menunggu kepulangan beliau di Tanggulangin, apalagi jadwal kepulangan yang tidak pasti dan belum merajalelanya telepon selular seperti sekarang ini. Jikalau kepergian beliau adalah karena undangan atau dalam jarak dekat dan tidak butuh waktu lama, maka beliau pasti meminjam (carter) mobil ke tetangga untuk mengantarkan beliau.
Demikian sedikit memori yang kami ingat tentang Almaghfurlah KH. Mufid Syafi’i dalam kesederhanaannya, semoga menjadikan motivasi bagi kita santri beliau untuk hidup sederhana meski sebenarnya mampu untuk memenuhi kebutuhan hidup dibanding dengan orang lain. Karena dalam kesederhanaan tersimpan kekayaan yang tidak terbeli.



Google +