Air Paling Mulia
Saat Pencarian Sumber Zam-Zam
Kelangkaan
sumber air benar-benar menghantui kaum Quraisy dan menuntut kebijakan
‘Abdul Munthallib untuk mengatasinya. Selama beberapa hari beliau
berpikir untuk mencari jalan keluar hingga membuatnya letih. Salah satu
tempat yang paling digemarinya untuk menghilangkan penat adalah Hijr
Isma’il yang berada di sisi Ka’bah. Suatu malam ketika beliau merebahkan
tubuhnya di tempat tersebut sambil
menekuri kenyataan yang sedang dihadapinya, tiba-tiba kedua matanya
terpejam. Tak lama kemudian beliau tersentak oleh sebuah mimpi. ‘Abdul
Munthallib merasa telah ditemui seorang laki-laki yang mengenakan
pakaian serba putih dan memerintahkannya untuk menggali at-Taibah (salah
satu nama Ka’bah). Mimpi itu beliau ceritakan pada kaumnya dan mereka
tafsirkan sebagai suatu harapan untuk menemukan sumber air. Kaumnya
memohon agar beliau kembali tidur di tempat yang sama agar mendapat
kejelasan mimpinya.
Keesokan harinya ‘Abdul Munthallib kembali tidur di Hijr Isma’il. Selama tiga hari tidur di sana, orang berpakaian serba putih itu selalu menemui beliau dan memberikan perintah untuk menggali sesuatu. Di hari ketiga itulah, ‘Abdul Munthallib baru memahami yang dikehendaki oleh lelaki misterius dalam mimpinya.
“Galilah Zamzam, sumber air melimpah dan akan mencukupi bagi jama’ah haji. Lokasi sumur itu berada di suatu tempat yang banyak kotoran dan darahnya. Di sana akan selalu ada gagak yang mematuk-matuk serta mencari sarang semut”.
Kini jelaslah suatu lokasi sumur Zamzam yang selama ini lenyap begitu saja bagai uang jatuh di tengah jalan.
Harapan ‘Abdul Munthallib untuk menyelamatkan muka kaumnya kembali tersulut. Dengan penuh perhatian, beliau menyusuri sekitar Masjid al-Haram. Serta-merta pandangannya tertarik pada tempat berdirinya berhala Isnaf dan Na’ilah. Di antara dua berhala sesembahan orang-orang jahiliah itu ada seekor gagak sedang mematuk-matuk kotoran onta bercampur darah kering. Kedua matanya juga melihat begitu banyak sarang semut keluar masuk dari sebuah sarang. ‘Abdul Munthallib sangat yakin di antara berhala inilah terdapat sumur Zam-zam.
Tanpa banyak bicara, dengan dibantuk al-Haris –satu-satunya putra beliau miliki ketika itu- ‘Abdul Munthallib memulai penggalian. Pekerjaan ini bukan tanpa resiko, tempat tersebut adalah lokasi penyembelihan hewan kurban bagi kedua berhala yang berdiri seperti orang yang berpenyakit. Jelas jika tempat tersebut diusik maka kaum Quraisy pasti protes keras. ‘Abdul Munthallib akan dianggap sebagai perusak tempat suci mereka. Namun semua telah diperhitungkan baik-baik olehnya, al-Haris diperintahkan untuk melindungi pekerjaannya, sementara beliau menggali tempat tersebut.
Baru beberapa cangkul berhasil mencabik tanah, suaranya mengundang perhatian orang yang berada di sekitar Masjid al-Haram. Satu persatu penduduk sekitar mendatangi sumber suara, dan betapa terkejutnya beberapa orang yang hadir di sana. Mereka melihat pemimpin yang sangat berwibawa itu tengah merobek-robek tanah tempat pengorbanan. Berbagai penilaian mulai bermunculan. Namun smeua mengeruut pada satu kesimpulan bahwa’Abdul Munthallib telah berbuat lancang terhadap tempat suci mereka. Tak ayal apa yang beliau takutkan benar-benar terjadi. Masyarakatnya mengecam tindakan ‘Abdul Munthallib dan meminta agar pekerjaan itu dihentikan.
Team Sejarah 2010, ATSAR, Sejarah Kehidupan Nabi Muhammad SAW - Lentera Kehidupan – Untuk Mengenal Pendidik Sejati Manusia, Kediri : Pustaka Gerbang Lama, 2012, hlm. 4-6
Keesokan harinya ‘Abdul Munthallib kembali tidur di Hijr Isma’il. Selama tiga hari tidur di sana, orang berpakaian serba putih itu selalu menemui beliau dan memberikan perintah untuk menggali sesuatu. Di hari ketiga itulah, ‘Abdul Munthallib baru memahami yang dikehendaki oleh lelaki misterius dalam mimpinya.
“Galilah Zamzam, sumber air melimpah dan akan mencukupi bagi jama’ah haji. Lokasi sumur itu berada di suatu tempat yang banyak kotoran dan darahnya. Di sana akan selalu ada gagak yang mematuk-matuk serta mencari sarang semut”.
Kini jelaslah suatu lokasi sumur Zamzam yang selama ini lenyap begitu saja bagai uang jatuh di tengah jalan.
Harapan ‘Abdul Munthallib untuk menyelamatkan muka kaumnya kembali tersulut. Dengan penuh perhatian, beliau menyusuri sekitar Masjid al-Haram. Serta-merta pandangannya tertarik pada tempat berdirinya berhala Isnaf dan Na’ilah. Di antara dua berhala sesembahan orang-orang jahiliah itu ada seekor gagak sedang mematuk-matuk kotoran onta bercampur darah kering. Kedua matanya juga melihat begitu banyak sarang semut keluar masuk dari sebuah sarang. ‘Abdul Munthallib sangat yakin di antara berhala inilah terdapat sumur Zam-zam.
Tanpa banyak bicara, dengan dibantuk al-Haris –satu-satunya putra beliau miliki ketika itu- ‘Abdul Munthallib memulai penggalian. Pekerjaan ini bukan tanpa resiko, tempat tersebut adalah lokasi penyembelihan hewan kurban bagi kedua berhala yang berdiri seperti orang yang berpenyakit. Jelas jika tempat tersebut diusik maka kaum Quraisy pasti protes keras. ‘Abdul Munthallib akan dianggap sebagai perusak tempat suci mereka. Namun semua telah diperhitungkan baik-baik olehnya, al-Haris diperintahkan untuk melindungi pekerjaannya, sementara beliau menggali tempat tersebut.
Baru beberapa cangkul berhasil mencabik tanah, suaranya mengundang perhatian orang yang berada di sekitar Masjid al-Haram. Satu persatu penduduk sekitar mendatangi sumber suara, dan betapa terkejutnya beberapa orang yang hadir di sana. Mereka melihat pemimpin yang sangat berwibawa itu tengah merobek-robek tanah tempat pengorbanan. Berbagai penilaian mulai bermunculan. Namun smeua mengeruut pada satu kesimpulan bahwa’Abdul Munthallib telah berbuat lancang terhadap tempat suci mereka. Tak ayal apa yang beliau takutkan benar-benar terjadi. Masyarakatnya mengecam tindakan ‘Abdul Munthallib dan meminta agar pekerjaan itu dihentikan.
Team Sejarah 2010, ATSAR, Sejarah Kehidupan Nabi Muhammad SAW - Lentera Kehidupan – Untuk Mengenal Pendidik Sejati Manusia, Kediri : Pustaka Gerbang Lama, 2012, hlm. 4-6