Google Beli Titan Aerospace

MOUNTAIN VIEW - Belum juga dipasarkan secara massal, kacamata Google Glass sudah memicu kontoversi. Permasalahannya bukan muncul dari segi perangkat tapi justru karena penggunaan kata "Glass".
Kantor paten dan merek dagang Amerika Serikat (USPTO) diberitakan menolak memberikan hak paten nama Glass hanya pada Google. Alasannya, Glass adalah nama umum.
Terlebih lagi, saat ini USPTO sudah dan tengah memproses permohonan paten produk dengan nama berawalan atau berakhiran sejenis. Mulai dari Write On Glass, LOOKING GLASS, GLASS3D, iGLASS, SmartGlass, TELEGLASS serta banyak lagi.
USPTO mengakui konsumen mungkin akan bingung dengan banyaknya nama produk yang sama (glass). Namun itu dilakukan karena nama tersebut umum atau generik sehingga tak bisa dimiliki satu perusahaan saja. Pertimbangan lain, dilihat dari sisi material Google Glass bukan berbahan kaca.
Kacamata pintar yang telah mendapat paten tahun lalu itu justru berbahan dasar dari titanium dan plastik. Sementara Google sendiri tak mau kalah. Buktinya mereka mengajukan dokumen setebal 1.928 halaman ke USPTO yang berisi argumen sehingga mereka berhak menyandang nama glass satu-satunya.
Seperti dikutip dari phonearena, Jumat (4/4), alasan paling utama nama glass sudah sangat melekat pada Google Glass sebagai kaca mata pintar pertama di dunia. Dengan begitu, jika masih ada nama produk yang mirip dikhawatirkan akan mengganggu promosi dan menimbulkan kebingungan di antara calon konsumen. 


CALIFORNIA -- Perusahaan raksasa Google mengakuisisi perusahaan pembuat pesawat tanpa awak Titan Aerospace. Akuisisi itu sendiri tidak disebutkan berapa biayanya.
Google mengatakan akuisisi itu dimaksudkan untuk membantu upaya perusahaan memperluas akses internet. Titan Aerospace yang sedang membangun dua jenis pesawat tak berawak bertenaga surya dan bisa terbang selama bertahun-tahun. Mereka mengharapkan  dapat beroperasi komersial awal tahun 2015.
Perusahaan yang memiliki sekitar 20 karyawan ini akan terus berbasis di Moriarty, New Mexico. "Ini masih tahap awal, tetapi satelit atmosfer bisa membantu menyediakan akses internet ke jutaan orang dan membantu memecahkan masalah lain, termasuk bantuan bencana dan kerusakan lingkungan seperti deforestasi," kata Google dalam sebuah pernyataan seperti dilansir ABC.
Akuisisi yang dilakukan Google ini menyusul pengumuman Facebook awal tahun yang mengatakan mereka telah membeli pembuat pesawat tak berawak yang berbasis di Inggris Ascenta sebesar Rp 228 miliar.
Kedua perusahaan tersebut berlomba-lomba untuk dapat menggunakan teknologi mutakhir, seperti pesawat tak berawak dan balon untuk menyediakan internet ke sebagian besar populasi dunia.

Google +