Aba Yai Kita Semua
Biografi
abah
Abah lahir dari keluarga sederhana yang berpfofesi sebagai modin dan penjahit juga bisa nyusuk untuk menyembuhkan orang yang sakit yang bernama kyai syafi’I dan ibu muayyadah. Dari garis ibu berasal dari desa ketegan juga termasuk keluarga tokoh ahli agama.juga merupakan pusatnya oramg-orang untuk belajar agama. Kelahiran Abah tidak diketahui secara jelas tanggal dan tahunnya. Konon menurut cerita kalau ijazah dan identitas diri lainnya hilang tercebur kedalam sumur. Namun ada yang bilang ketika wafat tanggal 30 bulan desember tahun 2002 itu sudah berumur 65 tahun.
Abah kecil
memang sangat cinta terhadap ilmu, sehingga ketika mempunyai niat untuk
belajar ke lirboyo dan terbentur dengan biaya maka niatan itu tidak jadi
beralih ke islamiyah tanggulangin. Disini merupakan satu-satunya sekolahan yang ada di kecamatan (cerita abah
sendiri).
Abah
sekolah diislamiyah tanggulangin sambil mengaqbdi dan mondok kepada kh ahmad.
Abah kecil memang taat dan tawadhu’ pada gurunya. Sehingga apabila dipanggil
untuk mijiti atau disuruh melakukan pekerjaan apa saja, maka segala tindak
tanduk dan nasehat gurunya akan selalu diingat dan dicatat dibuku agendanya
(cerita abah sendiri).
Setelah tamat dari sekolah islamiyah
tanggulangin abah dikirim oleh gurunya ke kraksan probolinggo. Di sana abah
diberi amanat untuk mengamalkan ilmunya. Disana abah juga mendirikan sekolah
atau pengajian-pengajian. Ini semua dijalaninya sampai 5 tahun.setelah sukses
menjalankan amanat gurunya abah dipindah tugaskan ke desa banjarpanji tanggulangin. Gurunya memberi
teman dalam berjuang di sana sekaligus membimbing adik kelasnya yaitu syarofah.
Didesa banjarpanji aba dan temannya
ditipkan oleh gurunya kepada keluarga bapak h. ridwan yang merupakan orang kaya
disana. Disana aba juga mendirikan sekolahan
dari tk sampai mi. bahkan muridnya sampai ketetangga desa sebelahnya.
aba juga selalu menjari informasi atau ilmu dari berbagai sumber untuk
melengkapi literatur pengajarannya, bahkan sejak masih jejaka abah sudah
berlangganan koran ataupun majalah.
Setelah lima tahun berjalan, dirasa sudah
cukup dan berhasil atas perjuangannya, abah dijodohkan oleh gurunya kepada
teman perjuangannya yaitu syarofah. Dalam pernikahannya abah sudah ditanggung
semua kelengkapan dan biaya hidupnya oleh masyarakat banjarpanji karena
perjuangannya yang begitu ikhlas dan berhasil.
Akan tetapi dalam membina keluarga ini abah harus kembali lagi
kekeluarga karena dirumahnya juga banyak masyarakat yang belajar agama juga
menemani orangtua.
Ibu syarofah juga merupakan murid islamiyah yang sangat patuh dan tunduk pada guruya. Bagaimana beliau sangat mengerti tindak tanduk dan kebutuhannya gurunya. belum dipanggil gurunya untuk mijiti ibu syarofah sudah tanggap duluan untuk mijiti, apa kesukaan gurunya selalu dibawakan dari rumahnya.
Ibu syarofah lahir dari keluarga yang
sangat sederhana sebagai pegawai pabrik soda yang mempunyai 8 anak. Bapaknya bernama ikhsan ibunya bernama sanik.
Abah dan ibu syarofah setelah menikah tinggal bersama orang tuanya membantu
mendidik masyarakat sekitarnya. Akan tetapi abah tidak puas hanya tinggal
dirumah sehingga belajar lagi ke kajeksan pondoknya kh. Masduki. Dalam menjari
ilmu ini aba selalu pulang pergi dengan naik sepeda ontel. Padahal jarak desa
wates dengan kajeksan kuranglebih 10 km sudah berlainan kecamatan.
Abah berguru bersama kh masduki ini mulai
terjun ke organisasi nu. Disamping mulai banyak mengisi acara pengajian baik
rutinan ataupun undangan. Bahkan seringkali pengajian gurunya beliau yang
mewakilinya. Sebenarnya daerah yang menjadi sasaran dakwah abah itu daerah yang
terpencil, minus agama dan masih jahiliyah. Akan tetapi berkat keikhlasan dan
kesabaran beliau saat ini daerah yang
pernah menjadi dakwahnya telah berubah menjadi daerah yang religi semuanya.
Beliau
memang pejuang yang sabar dan ikhlas. Bagaimana pada saat itu beliau mengisi
pengajian setelah maghrib tapi sudah berangkat setelah sholat dhuhur dengan
naik sepeda ontel kemudian dititipkan di pasar tanggulangin kemudian naik bison
sampai ke surabaya. Ini semua dijalaninya setiap hari. Kalau pulang malam sudah
larut malam beliau naik becak. Tidak salah memang kalau semua copet-copet
wonokromo kenal pada beliau. Bahkan jika abab butuh angkutan copet-pet itu yang
mencarikan dengan diistimewakan sambil tas besarnya dibawakan.
(cerita abah)
Pada
dasarnya, disaat masih adanya mbah syafi’I sudah ada anak santri yang ngawulo
yaitu cak khozin yang rumahnya di ngoro setelah itu ada cak basit yang juga
masih tetangga cak khozin adapun masyarakat sekitar banyak yang ngaji alquran kemudian
pulang lagi tidak menginap. Hanya kadang-kadang jika ada acara. Akan tetapi
semua masyarakat wates dari pojok selatan, utara, barat dan timur banyak yang
sholat jama’ah disini karena memang belum adamasjid dan musholla. Kalaupun
untuk sholat jumat ataupun lebaran sholatnya ditetangga desa baru kemudian
gurunya abah dan juga abah membangun masjid wates.
Seiring
berjalannya waktu abah dikarunia 2 putra (fakhrudin dan muhaimin) dan 2
putri(khusniyah dan isroiyah). Setelah sisulung fakhrudin lulus sd melanjutkan
ke smp ada temannya anak sentul tanggulangin yang bernama najib ingin mengaji
dirumah dan disuruh abah untuk tinggal tidak pulang (mondok ). Mulai saat
itulah banyak pemuda-pemuda wates yang belajar ngaji sambil nginap disini,
sehingga tidak hanya belajar ngaji juga belajar kitab.
Perjuangan
abah masih tetap ada diluar rumah sementara yang dirumah dikelola oleh adiknya
yaitu kh. Murtasim syafi’i. akan tetapi walaupun abah datangnya malam bahkan
didi hari abah masih punya waktu ngajar ngaji setelah sholat subuh. Jadi
setelah jama’ah sholat subuh anak-anak langsung ngaji tidak pulang dulu.
Sampai jam 6.
Waktu
itu abah pernak nyewa sawah dan di garap bersama anak-anak pondok kalau malam-malam setelah pulang pengajian.
Bahkan abah juga pernah bikin tas koper dan dikerjakan dirumah pernah juga
mengelola ikan lele mujair atupun yang lainnya. Sekitar rumah dikelilingi oleh
kolam besar buat ternak ikan-ikan. Pernah juga abah jualan jamu kuniang yang
ditipkan kewarung warung. Pernah juga membuat tempe yang dijual oleh para
santrinya. Adapun ibu syrofah membantunya dirumah dengan membordil, ataupun
jualan jajanan untuk anak-anak ngaji. Kalau mbah muayadah menjahit dan mbah
syafi’I modin dan susuk.
Allah
berkehendak lain, semua usaha yang dijalaninya tidak ada yang bisa bertahan
hanya pengajiannya yang tetap istiqomah dijalaninya walaupun itu sangat berat
dan jauh keberadaannya. Bahkan setelah ada santri-santri yang ngiji kemudian
tidur dimushola mulailah dibuat bilik satu kamar untuk ditempatinya. Dan mulai
ada santri yang mukim dari luar daerah mulai dari pandaan, bojonegoero dll.
Mendirikan mts terbuka yang menginduk ke
mtsn sidoarjo. Dan satu-satu tempat yang ditunjuk pemerintah pusat wilayah jawa
timur adalah as-syafi’iyah. Sehingga semua murid yang memang dari latar
belakang anak orang kurang mampu, atau tidak dapat sekolah dapat sekolah dengan
gratis dengan dibantu oleh mtsn sidoarjo, baik itu tenaga pengajarnya ataupun
ijazah kelulusannya juga negeri. Inilah jikal bakal adanya sekolahan sampai
pada saat ini. Karena setelah anak-anak menamatkan mts terbuka, anak pada
melanjutkan ke aliyah yang dikepalai oleh kh. Ali mustajib.
Ternyata allah berkendak lain mts terbuka
yang menjadi program pemerintah setelah wafatnya abah tahun 2002 dihapaus oleh pemerintah baru. Sehingga
pada saat itu cak udin di beri opsi oleh pemerintah kalau as-syafi’iyah
berkeingin untuk tetap menjadi mtsnegeri maka tidak lagi menginduk ke sidoarjo
tapi harus berdiri sendiri dengan diakui dan menjadi hak milik pemerintah, akan
tetapi jika tidak negeri maka akan
kembali kepada as-syafi’iyah dan statusnya swasta.inilah yang menjadi pilihan
aak pada saat itu sampai sekarang menjadi badan milik yayasan.
Alhamdulillah berkat do’a dari semua
simpatisan as-syafi’iyah, telah berdiri kurang lebih sudah 15 tahun. Sampai
kemudian pada tahun 2006 putra-putrinya abah mufid mendirikan tk yang
mengadopsi pendidikan alquran metode qiroati. Sehingga kurikulumnya sama
persisi yang telah didirikan oleh qiroati, juga ada kata-kata plusnya. Sehingga
untuk melanjutkan jenjang pendidikan nya juga untuk mengkhotamkan alquran nya
pada tahun 2009 berdirilah sd puls qiroati.
Pada dasarnya di as-syafi’iyah sejak masih
adanya abah tahun 2001 untuk pengajian
alqurannya sudah memakai qiroati. Akan tetapi mungkin karena ketidak tahuannya
tentang qiroati atau tidak adanya yang mengurusi hilanglah metode qiroati itu.
Baru kemuadian tahun 2003 setelah abah wafat, saya mulai berfikir bagaimana
aranya anak-anak pondok ini dalam belajar alquran? Akhirnya saya bersama ning
kus sowan kecabang sidoarjo untuk mengadakan penataran terlebih dahulu.
Akhirnya oleh cabang saya ditunjuk untuk menjadi kepala tpq as-syafi’iyah.
Kembali
pada perjuangan abah, untuk
penggalian dana sebagai kelangsungan
sarana dan prasarana di as-syafi’iyah abah telah mengadakan haul akbar yang
telah berlangsung sampai saatnya kurang lebih sudah 24 tahun. Di acara haul ini
jama’ah dimohon untuk titip do’a pada ahli kuburnya dan sebagai selamatannya
jama’ah titip uang yang diharapkan untuk bisa dijadikan amal jariyah bagi ahli
kubur. Dan alhamdulillah sampai saat telah berdiri amal jariyah yang dapat
digunakan oleh santri-santri as-syafi’iyah.
Abah juga mengadakan manaqib syeh
abdulqodir jailani, sebagai tabarukannya kepada ulama’-ulama’ salaf. Manaqib
ini rutin di adakan tiap satu bulan sekali yang dihadiri seluruh jama’ah dari
berbagai daerah di sidoarjo dan sekitarnya. Sebelum acara manaqib dimulai
jama’ah diajak terlebih dahulu untuk sholat hajat kemudian istighotsah dan
diakhiri membaca manaqib syekh abdulqodiraljailani. Disampaing itu juga ada
pengajian rutin tiap hari senin siang yang dihadiri oleh jama’ah wilayah tanggulangin dan sekitarnya.
Di tahun 80an mulai banyak santri yang
datangdari berbagai daerah untuk mukim di as-syafi’iyah. Dan mulai dibadan
hukumkan menajdi yayasan pondok pesantren as-syafi’iyah yang dinisbahkan kepada
abahnya mbah syafi’i. dan disaat itu pula banyak anak-anak masyarakat sekitar
yang mengaji setelah sholat dhuhur. Dan dikelas-kelaskan mulai dari I’dad sampai
ula.inilah merupakan cikal bakal adanya pendidikan diniyah yang ada di
as-syafi’iyah sampai sekarang.
Yang mesti kita ingat dan selalu dikatakan
kepada santri-santrinya mengapa abah yang tidak pernah mengenyam pendidikan
pondok pesantren dan bukan dari dari keturunan kyai terkenal tapi bisa mendirikan pesantren? Abah selalu
berkata “ buatlah hasab tapi jangan bangga dengan nasab”. Ini juga bagaimana abah sangat gigih dan
tekun dengan ilmu, bagaimana beliau
selalu berpesan pada santrinya untuk selalu nyelengi beli buku, jika kamu pergi
kepasar jangan masuk dulu di warung bakso, tapi cari dulu toko buku. Pernah
juga nyai syarofah bertanya mengapa mesti beli buku yang sama padahal dulu juga
pernah beli buku itu, tapi apa jawaban beliau : aku ini punya anak 4 jadi aku
harus beli buku 4.
Kita juga bisa membuktikan bagaimana abah
satu tahun menjelang wafat, padahal badan sudah lemah akibat penyakit yang
dideritanya, tapi semangatnya tidak bisa dikalahhkan oleh penyakitnya, ini tiap
satu minggu 3 kali dengan menyewa mobil tetangga untuk mengantarkannya abah
selalu sekolah di darul lughoh bangil untuk belajar bahasa arab,padahal kalau
menurut hitungan dunia ini bisa membuat berkurang tapi abah tidak pernah mnghiraukan dengan
urusan yang namanya harta, akan tetapi bagaimana caranya menjadikan pendidikan
di as-syafi’iyah penuh warna dan bermanfa’at, dan juga sangat kepingin sekali
bagaimana anak-anak santri besuk bisa berbahasa yang mahir, begitu juga dengan
pakaian sholat santri putra yang memakai jubah putih, bagaiamana abah sangat
kepingin sekali anak-anaknya nanti menjadi orang kaya semua sehingga bisa naik
haji semuanya.
Bagaimana abah sangat memegang teguh ayat
alquran “ yarfaillahulladzinaaamanuminkum walladzinautulilmadarajat ”. allah
akan mengangkat derajat seseorang apabila orang itu beriman dan mempunyai ilmu.
Ini juga bisa dibuktikan dengan dirinya bagaimana abah naik haji 2 kali tapi
tidak biaya sama sekali. Haji pertama
tahun 1985 beliau berangkat bersama kyai benowo surabaya, yang pada saat
itu sangat langka sekali bagi masyarakat wates untuk bisa naik haji, akan
tetapi abah berangkat haji dengan dikawal polisi seperti pejabat besar, diantar
sampai asrama haji sukolilo. Dan ditahun 1990 juga berangkat haji dengan
menjadi petugas haji (TPHI), juga berangkatnya dikawal oleh polisi
sidoarjo, hal ini bisa kita jadikan
bahan renungan kok bisa begitu? Apakah abah menyewa polisai untuk mengawalnya?
Tidak, ini adalah kehendak Allah, menggerakkan hati para polisi untuk memulyakan
hambanya yang punya iman kuat dan ilmu yang tinggi. Abah juga sering bilang “
aku bukan profesor tapi bukuku melebihi buku profesor”.
Pertolongan dan campurtangan Allah juga
ditunjang oleh beberapa buku pedoman hidup yang kuat juga jiwa yang tangguh
inilah abah selalu berada didepan untuk memperjuangkan agama Allah, bagaimana
dikanan kiri semua masyarakat terlena untuk mengumpulkan uang buat kesenangan
dunia tapi abah malah menghamburkan uang untuk mencari ilmu dan mgumpulkan
buku. Bagaimana masyarakat mencibirnya ketika
abah pertama kali peletakan batu pertama untuk dijadikan pondok pesantren
(sekarang asrama putra), mereka mengatakan wong gak santri kok bikin kamar.
Tapi abah tidak menghiraukannya. Tetap jalan dan jadialh pesantren
as-syafi’iyah.
Akhirnya dibulan rajab anak-santri diajari
pujian rajab yang bunyinya ; ALLAHUMMABAARIKLAANAFIROJABA #
WASYA’BANAA WABALLIGHNAROMADHONA
ALLAHUMMAYASSIRLANAUMURONA #
WAASHLIHNAWAGHFIRLANADZUNUBANA
ALLAHUMMASHOLLIWASALLIM’ALA # SAYYIDINAWAMAULANAMUHAMMADIN
(Ya
Allah berkahiralah kami dibulan rojab ini # juga dibulan sya’ban nanti
untuk menyongsong bulan romadhon )
(Ya Allah mudahkanlah urusan kami # dan
baguskanlah amal perbuatan kami serta ampunilah dosa-dosa kami )
(Ya Allah sholawat serta salam MU #
mudah-mudahan tetap terjurahkan pada baginda rosul sollawahualahiwasallam)
Abah sendiri puasa samapai tuntas bulan
rojab, akhirnya Allah juga mengabulkan do’anya sampai bisa melanjutkan puasanya
di bulan sya’ban dan mengajak para santri untuk banyak-banyak membaca sholawat,
sehingga yang biasa pengajiannya itu menggunakan kitab ‘idhotunnasyi’in diganti
menjadi kitan dibaiyah, begitu juga untuk ibu-ibu pengajian rutin seninan juga
ngaji tafsir juga ngaji dibaiyah.
Dalam
hal puasa abah memang terinspirasi oleh ulama salaf, bagaimana sampai akhir
hayat bisa menjalankan puasa walaupun ada kegiatan diluar rumah. Beliau juga
berharap puasanya tidak diketahui oleh orang lain. Tidak berpuasa kecuali
hari-hari yang diharamkan. Bagi abah obat penyakit dhohir dan obat penyakit
bathin hanya dengan puasa. Akhirnya di penghujung bulan romadhon (malam 25 )
buku – buku pengembangan diri yang ada dialmari itu dikeluarkan semuanya
ditaruh diteras rumah dan semua anak-anaknya dikupulkan untuk mempelajari dan bermempelajari isi buku
tersebut.
Sampai akhirnya pada hari jum’at abah ke mojoagung jombang karena
punya jadwal khutbah di masjid jami’,
dan hari sabtu pergi ke surabaya untuk beli buku dan silaturrahim ke
sahabat-sahabatnya dan hari ahad banyak tamu untuk lebaran di as-syaf’iyah, dan
hari senin anak-anak pondok sudak watunya untuk kembali kepesantren karena
besuk sudah dimulai masuk sekolah ( samapi hari ini abah masih menjalankan
puasa). Akan tetapi pada hari itu senin, 30 desember 2002 atau bertepatan
tanggal 10 syawwal abah kapundut untuk kembali diharibaan Allah SWT.
Innalillahiwainnailaihiroji’un