Kisah Awal Adanya Santri


Pada dasarnya, disaat masih adanya mbah syafi’I sudah ada anak santri yang ngawulo yaitu cak khozin yang rumahnya di ngoro setelah itu ada cak basit yang juga masih tetangga cak khozin adapun masyarakat sekitar banyak yang ngaji alquran kemudian pulang lagi tidak menginap. Hanya kadang-kadang jika ada acara. Akan tetapi semua masyarakat wates dari pojok selatan, utara, barat dan timur banyak yang sholat jama’ah disini karena memang belum adamasjid dan musholla. Kalaupun untuk sholat jumat ataupun lebaran sholatnya ditetangga desa baru kemudian gurunya abah dan juga abah membangun masjid wates.

Seiring berjalannya waktu abah dikarunia 2 putra (fakhrudin dan muhaimin) dan 2 putri(khusniyah dan isroiyah). Setelah sisulung fakhrudin lulus sd melanjutkan ke smp ada temannya anak sentul tanggulangin yang bernama najib ingin mengaji dirumah dan disuruh abah untuk tinggal tidak pulang (mondok ). Mulai saat itulah banyak pemuda-pemuda wates yang belajar ngaji sambil nginap disini, sehingga tidak hanya belajar ngaji juga belajar kitab.

Perjuangan abah masih tetap ada diluar rumah sementara yang dirumah dikelola oleh adiknya yaitu kh. Murtasim syafi’i. akan tetapi walaupun abah datangnya malam bahkan didi hari abah masih punya waktu ngajar ngaji setelah sholat subuh. Jadi setelah jama’ah sholat subuh anak-anak langsung ngaji tidak pulang dulu. Sampai jam 6.

Waktu itu abah  pernak nyewa sawah dan di  garap bersama anak-anak pondok  kalau malam-malam setelah pulang pengajian. Bahkan abah juga pernah bikin tas koper dan dikerjakan dirumah pernah juga mengelola ikan lele mujair atupun yang lainnya. Sekitar rumah dikelilingi oleh kolam besar buat ternak ikan-ikan. Pernah juga abah jualan jamu kuniang yang ditipkan kewarung warung. Pernah juga membuat tempe yang dijual oleh para santrinya. Adapun ibu syrofah membantunya dirumah dengan membordil, ataupun jualan jajanan untuk anak-anak ngaji. Kalau mbah muayadah menjahit dan mbah syafi’I modin dan susuk. 

Allah berkehendak lain, semua usaha yang dijalaninya tidak ada yang bisa bertahan hanya pengajiannya yang tetap istiqomah dijalaninya walaupun itu sangat berat dan jauh keberadaannya. Bahkan setelah ada santri-santri yang ngiji kemudian tidur dimushola mulailah dibuat bilik satu kamar untuk ditempatinya. Dan mulai ada santri yang mukim dari luar daerah mulai dari pandaan, bojonegoero dll. 



Google +