Perjuangan Aba Yai Dan Bu Nyai

Mendirikan mts terbuka yang menginduk ke mtsn sidoarjo. Dan satu-satu tempat yang ditunjuk pemerintah pusat wilayah jawa timur adalah as-syafi’iyah. Sehingga semua murid yang memang dari latar belakang anak orang kurang mampu, atau tidak dapat sekolah dapat sekolah dengan gratis dengan dibantu oleh mtsn sidoarjo, baik itu tenaga pengajarnya ataupun ijazah kelulusannya juga negeri. Inilah jikal bakal adanya sekolahan sampai pada saat ini. Karena setelah anak-anak menamatkan mts terbuka, anak pada melanjutkan ke aliyah yang dikepalai oleh kh. Ali mustajib. 

Ternyata allah berkendak lain mts terbuka yang menjadi program pemerintah setelah wafatnya abah tahun  2002 dihapaus oleh pemerintah baru. Sehingga pada saat itu cak udin di beri opsi oleh pemerintah kalau as-syafi’iyah berkeingin untuk tetap menjadi mtsnegeri maka tidak lagi menginduk ke sidoarjo tapi harus berdiri sendiri dengan diakui dan menjadi hak milik pemerintah, akan tetapi jika tidak negeri  maka akan kembali kepada as-syafi’iyah dan statusnya swasta.inilah yang menjadi pilihan aak pada saat itu sampai sekarang menjadi badan milik yayasan. 

Alhamdulillah berkat do’a dari semua simpatisan as-syafi’iyah, telah berdiri kurang lebih sudah 15 tahun. Sampai kemudian pada tahun 2006 putra-putrinya abah mufid mendirikan tk yang mengadopsi pendidikan alquran metode qiroati. Sehingga kurikulumnya sama persisi yang telah didirikan oleh qiroati, juga ada kata-kata plusnya. Sehingga untuk melanjutkan jenjang pendidikan nya juga untuk mengkhotamkan alquran nya pada tahun 2009 berdirilah sd puls qiroati. 
Pada dasarnya di as-syafi’iyah sejak masih adanya  abah tahun 2001 untuk pengajian alqurannya sudah memakai qiroati. Akan tetapi mungkin karena ketidak tahuannya tentang qiroati atau tidak adanya yang mengurusi hilanglah metode qiroati itu. Baru kemuadian tahun 2003 setelah abah wafat, saya mulai berfikir bagaimana aranya anak-anak pondok ini dalam belajar alquran? Akhirnya saya bersama ning kus sowan kecabang sidoarjo untuk mengadakan penataran terlebih dahulu. Akhirnya oleh cabang saya ditunjuk untuk menjadi kepala tpq as-syafi’iyah. 

Kembali  pada perjuangan abah,  untuk penggalian dana sebagai  kelangsungan sarana dan prasarana di as-syafi’iyah abah telah mengadakan haul akbar yang telah berlangsung sampai saatnya kurang lebih sudah 24 tahun. Di acara haul ini jama’ah dimohon untuk titip do’a pada ahli kuburnya dan sebagai selamatannya jama’ah titip uang yang diharapkan untuk bisa dijadikan amal jariyah bagi ahli kubur. Dan alhamdulillah sampai saat telah berdiri amal jariyah yang dapat digunakan oleh santri-santri as-syafi’iyah.

Abah juga mengadakan manaqib syeh abdulqodir jailani, sebagai tabarukannya kepada ulama’-ulama’ salaf. Manaqib ini rutin di adakan tiap satu bulan sekali yang dihadiri seluruh jama’ah dari berbagai daerah di sidoarjo dan sekitarnya. Sebelum acara manaqib dimulai jama’ah diajak terlebih dahulu untuk sholat hajat kemudian istighotsah dan diakhiri membaca manaqib syekh abdulqodiraljailani. Disampaing itu juga ada pengajian rutin tiap hari senin siang yang dihadiri oleh jama’ah wilayah  tanggulangin dan sekitarnya. 

Di tahun 80an mulai banyak santri yang datangdari berbagai daerah untuk mukim di as-syafi’iyah. Dan mulai dibadan hukumkan menajdi yayasan pondok pesantren as-syafi’iyah yang dinisbahkan kepada abahnya mbah syafi’i. dan disaat itu pula banyak anak-anak masyarakat sekitar yang mengaji setelah sholat dhuhur. Dan dikelas-kelaskan mulai dari I’dad sampai ula.inilah merupakan cikal bakal adanya pendidikan diniyah yang ada di as-syafi’iyah sampai sekarang. 

Yang mesti kita ingat dan selalu dikatakan kepada santri-santrinya mengapa abah yang tidak pernah mengenyam pendidikan pondok pesantren dan bukan dari dari keturunan kyai terkenal  tapi bisa mendirikan pesantren? Abah selalu berkata “ buatlah hasab tapi jangan bangga dengan nasab”.  Ini juga bagaimana abah sangat gigih dan tekun dengan ilmu,  bagaimana beliau selalu berpesan pada santrinya untuk selalu nyelengi beli buku, jika kamu pergi kepasar jangan masuk dulu di warung bakso, tapi cari dulu toko buku. Pernah juga nyai syarofah bertanya mengapa mesti beli buku yang sama padahal dulu juga pernah beli buku itu, tapi apa jawaban beliau : aku ini punya anak 4 jadi aku harus beli buku 4. 

Kita juga bisa membuktikan bagaimana abah satu tahun menjelang wafat, padahal badan sudah lemah akibat penyakit yang dideritanya, tapi semangatnya tidak bisa dikalahhkan oleh penyakitnya, ini tiap satu minggu 3 kali dengan menyewa mobil tetangga untuk mengantarkannya abah selalu sekolah di darul lughoh bangil untuk belajar bahasa arab,padahal kalau menurut hitungan dunia ini bisa membuat berkurang  tapi abah tidak pernah mnghiraukan dengan urusan yang namanya harta, akan tetapi bagaimana caranya menjadikan pendidikan di as-syafi’iyah penuh warna dan bermanfa’at, dan juga sangat kepingin sekali bagaimana anak-anak santri besuk bisa berbahasa yang mahir, begitu juga dengan pakaian sholat santri putra yang memakai jubah putih, bagaiamana abah sangat kepingin sekali anak-anaknya nanti menjadi orang kaya semua sehingga bisa naik haji semuanya.

Google +