Secarik kertas melodi Wr. supratman indonesia raya

Secarik kertas melodi Wr. supratman indonesia raya
Selamat dalam naungan rahmat duhai sahabat sepanjnag hayat santri cyber. Dengan seiring waktu yang takkan bisa terulang kembali, semoga diri terutama hati kita menjai lebih baik disisi ilahi. Dengan jalan apapun yang bisa dan mampu kalian lakukan. Berharap dengan hidmat atas rahmat sang pencipta jagad, Amiin ya robbal alamin. 
Kita semua pasti sudah tahu tentang laku indonesia raya. meski tidak semua penduduk warga negara indonesia bisa menghafalnya. Mengutip dari salah satu qoul kiyai mbah maimun zubeir, yang berbunyi"bisa menyanyikan lagu indonesia raya dengan lantang, itu juga termasuk hubbul wathon. Nah sahabat, mari kita shering tentang asal-muasal lagu indonesia raya mulai tercipta.

Minggu, 28 Oktober 1928....
Berawal dari kesamaan hobi dalam hal bermain musik terutama biola, Amir Sjarifudin yang saat itu menjadi wakil Jong Bataks dan sekaligus bendahara Kongres Pemuda II memperkenalkan sohibnya; WR Supratman; kepada ketua sidang, Soegondo Djojopoespito. Supratman langsung menyerahkan secarik kertas berisi melodi dan syair lagu yang dia beri judul Indonesia Raya.

Saat sidang hendak ditutup,menu penutup itu pun dihidangkan. Lewat jam 22:00, WR Supratman dipersilakan maju kedepan. Setelah membungkukkan badan, dia memainkan biolanya untuk memperkenalkan lagu gubahannya itu. Tiada syair yang dinyanyikan malam itu karena polisi rahasia Belanda melarang keras setiap ungkapan merdeka dalam sidang tersebut. Tapi saya yakin, sang sohib; Amir Sjarifudin; menyanyikan lagu Indonesia Raya tersebut dalam hatinya bersamaan dengan gemuruh doa dalam hatinya untuk Indonesia merdeka.

Minggu, 19 Desember 1948.....
Malam itu 20 orang penduduk desa Karangmojo disuruh menggali lubang sedalam 1,7 meter di makam desa Ngalihan, Karanganyar. Setelah lubang selesai digali penduduk desa disuruh pergi kecuali 4 orang yang disuruh tetap tinggal.
Bersama 10 orang teman seperjuangannya, Amir Sjarifudin mendengarkan dengan seksama surat perintah hukuman mati dari Gubernur Militer Kolonel Gatot Subroto yang dibacakan oleh seorang letnan muda.
Setelah menulis surat-surat pribadi, mereka pun bersiap menghadapi tembakan dari eksekutor.
Amir Sjarifudin meminta ijin untuk menyanyikan lagu yang akan mengiringi kematiannya di malam pekat itu. Dan terjadilah...mereka bersebelas menyanyikan lagu Internasionalle (yang sudah diterjemahkan dalam bahasa Indonesia oleh Ki Hajar Dewantara) serta lagu kebangsaan yang sudah mereka perjuangkan seumur hidup mereka dalam keyakinan ideologi mereka: lagu Indonesia Raya. Setelah meneriakkan seruan untuk kaum buruh sedunia bersatu,sebutir peluru menembus kepala Amir Sjarifudin dan memutus jalan hidupnya.

Bung Hatta berpendapat mengenai Amir; dia dilahirkan sebagai Muslim, hidup dewasa sebagai Kristen dan mati sebagai komunis.

Tampaknya Bung Hatta lupa sebuah fakta, Amir Sjarifuddin mungkin memang telah dimatikan sebagai orang komunis; sebagai seorang komunis dalam ideologi perjuangan tetapi ternyata dia tetap sebagai seorang Kristen dalam imannya.

Dia dihukum mati dengan sebuah Alkitab tergenggam di tangannya....

Pada akhirnya sebuah lagulah yang mengantarkan kematiannya. Sebuah lagu yang dia perjuangkan 20 tahun sebelumnya; lagu Indonesia Raya.
Kala nyawanya dicabut, lamat-lamat dia mendengarkan sebuah syair merdu "....bangunlah jiwanya bangunlah badannya..hiduplah Indonesia Raya..."
Lalu pergilah jiwa-jiwa yang damai itu. 
Kami ucapkan sangat besar terimakasih kepada saudara osa kurniawan ilham yang dengan ikhlas memberikan dan membagikan pengetahuannya kepada kami tentang asal muasal lagu indoseia raya tercipta dari susunan melodi nan lirik dari Wr. Supratman.

Google +