Tawassul millenium
Alhamdulillah
dalam naungan rahmat dan kasih sayang Allah Swt kita berjumpa lagi dalam forum
santri cyber. Dalam kesempatan yang penuh barokah ini. Mari waktu-waktu dan
saat-saat kita lalui ini sambil nyantai. Kami akan berbagi sejarah dan asal-usul
tawassul secara gamblang dan rinci. Dengan keterangan bersumber dari seorang
kiyai mbah jamal jombang, dikutip dari sebuah pengajian kitab.
Bismillahirrohmanirrohim
sahabat santri cyber yang semoga selalu dalam naungan rahmat_Nya. Tawassul itu
mengikuti Al-Qur’an dan al-hadis serta para auliyaa’, kalian harus yaqin
kebenarannya akan hal itu, kalau kalian lebih percaya dengan para doktor,
profesor, rektor, drs, sag, mpdi, da spdi, itu bahaya!
“Wabtaghuu
ilaihis washilah” dalam bahasa jawa artinya”Ndhole’o siro kabeh marang
ingsun{Allah} ing washilah{pelantara}. Semua kepentingan manusia memang Gusti
Allah yang memberi, manusia hanya sebagai pelantara. Maksudnya carilah
pelantara supaya gampil{mudah}dikabulkan oleh Allah Swt.
“Kullu amalin
yutaqorrobu bihi ilalAllahi Ta’ala”, maksudnya segala sesuatu amal yang dibuat
untuk mendekatkan diri kepada Gusti Allah disebut dengan Washilah. Mendekatkan
diri kepada Allah Ta’ala membutuhkan amal.
Kanjeng Nabi
Muhammad Saw pernah dawoh:
”idha tahayyaltum
fil umuur, fastaiinuu min ahlil qubuur”. Dengan arti ketika kamu sekalian
binggung dalam umuur{beberapa perkara}, maka mohonlah pertolongan dari sebagian
ahli qubuur{tawassul}, tapi memintanya tetap kepada Gusti Allah Swt,
washilahnya lewat ahlil qubuur.
Kanjeng Nabi
Muhammad Saw dulu pernah melarang untuk ziarah kubur, dengan sebab para sahabat
belum diberi pendidikan tata cara dan krama ziarah. Setelah kanjeng nabi
memberikan pendidikan dan tata krama ziarah, maka nabi muhammad
berkata”Fazhuuruhaa”, karena dengan ziarah bisa mengingatkan kamu kepada
kematian. Orang kalau ingat akan kematian tidak akan sembrono dalam hal apapun.
Dengan faedah yang sangat bagus, maka ziarah qubur menjadi disunnahkan.
Dawohnipun
kanjeng Nabi Muhammad Saw:
“Tawassholuu
bii, wa ahli baitii ilalAllah, fainnahu la yuroddu mutawassilun binaa.” Artinya
buatlah washilah kalian semua dengan
kanjeng nabi dan ahli baitii kepada Gusti Allah Swt. Karena orang yang tawassul
menggunakan kami{kanjeng nabi dan ahli baitii}tidak akan ditolak oleh Allah
Swt.
Keterangan
ahli baiti nabi adalah dhaa wissifaa’ wal wafaa’, yang artinya mempunyai
kejernihan hati dan memenuhi janji kepada Allah Ta’ala. Seperti dawoh syaikh
Abdul Qodiirjailani yang berbunyi:
“idhaa
saaltumul Allahi, fas aluuhu bii”, yang artinya jika kalian semua meminta
kepada Allah Swt, mintalah kepada Allah, lewat aku{syaikh Abdul qodiirjailani}.
Ada
keterangan lagi yang bersumber dari mufti haromain{makkah dan madinah}bernama
ahmad sayyid dahlan mengatakan:pirang pirang wong ahli ma’rifat itu menerangkan
bahwa walinya Allah sesudah wafat, arwah-arwah para wali itu masih berhubungan
dengan murid-muridnya.
Dari syaikh
abdullah bin alawy mengatakan:orang-orang yang pilihan-pilihan{akhyar} yaitu
para nabi, para rasul, dan para wali Allah Swt jika sedo atau meninggal, yang
hilang hanya rupa dan jasadnya, tapi hakikatnya masih tetap ada, meraka akhyar
masih tetap hidup didalam qubur, karena masih hidup bisa manfaati kepada orang
orang yang hidup. Syaikh abdullah bin alawy juga mengatakan wali-walinya Allah
jika sudah wafat perhatiannya terhadap kerabat-kerabatnya lebih besar daripada
ketika masih hidup. Wali-walinya Allah Swt ketika wafat itu hidup didalam
kubur, maka dia tidak kehilangan apa-apa, baik dari ilmu, akal, kekuatan rohaninya,
bahkan bertambah semakin besar bashiroh e menghadap kepada Allah Swt.
Sayyid ahmad
dahlan dari dawohnya sayyid abil muwahib as-syadili:
Aku pernah
mendengar dari guruku yang bernama abu usman al-magroby rodiyallahu anhu yang
berbunyi:
Jika ada
orang ziarah kemakam wali, wali yang diziarahi itu mengetahui{pirso}, kalau
yang ziarah mengucapkan salam, maka wali juga menjawab salam, kalau yang ziarah
membaca dzikir, maka diikuti dzikir. Apalagi saat membaca dzikir laa ilaa ha
illaah, maka wali itu berdiri, kemudian duduk bersila dan berdzikir bersama
orang-orang yang dzikir.
Maka dari
itu harus tata krama, mamahe{hatinya}para arifin, jika dikhabari apa-apa, itu
paham. Arwahnya para wali itu tidak terbatas, jadi meski kuburannya ada
dipasai, sedangkan yang ziarah digresik, ya hadir{rawoh}juga, meski
petilasannya saja, juga bisa hadir. Arwah pari wali juga bisa tajassud{nampak}
wujudnya.
Kalau ada
satu wali yang wafat, maka para arwah-arwah anbiyaa’, auliyaa’ mendoakannya. Dalam
kitab roudhotur-royaakhiin ada keterangan yang berbunyi:walinya Allah itu ada
yang lelono{hidup dihutan}hingga wafat, hanya seseorang saja yang tau, ketika
sudah dikuburkan, maka berbondong-bondong orang yang ziarah. Imam syafi’i
pernah mensholati jenazah yang ada dipadang pasir sendirian, tiba-tiba kok yang
menjadi ma’mum banyak sekali, ternyata itu arwahnya para nabi dan pari wali
yang tajassud.
Dalam kitab
dardil:ketika kanjeng nabi Muhammad Saw sampai dibaitul muqoddas. Para nabi dan
para rasul datang, kemudian menunaikan sholat berjama’ah, kanjneg nabi Muhammad
yang dimintai untuk menjadi imam.
Sebagian
para wali itu ada yang memberikan manfaat kepada murid-muridnya, maksudnya
masih memberikan pelajaran-pelajaran, itu lebih banyak daripada ketika masih
hidup.
Sayyid
dahlan. Beliau yang mengarang kitab khaqooiq wa dhaqooiq, dalam dawohnya syaikh
berbunyi:
Maha
suci{tidak-tidak}kapane orang sufi itu wafat{tidak mati maksudnya}. Adapun walinya Allah itu pasukannya
macam-macam:Ada rijalullah, nuqobaa’, nujabaa’, akhyaar, abdal, autaaq dan
mulamatiyah. Tiap-tiap pasukan mempunyai pemimpin , yang namanya
ghous{ghoutsun}.
Demikian
sedikit dari wawasan yang bisa kami share dengan sahabat santri cyber. Dengan
hormat kepada semua pihak yang lebih faham dengan bahasan diatas, kami mohon
saran dan bimbingannya, karena kami masioh banya kekurangan. Keterangan diatas
kami ambil dari pengajian Kh. Jamal dari jombang-jawa timur. Matur nuwon dan
terima kasih. Semoga kita semua selalu mendapatkan naungan rahmat dan kasih
–Nya. Amiin.